FoMO di Era Digital: Media Sosial dan Kecemasan

Published

15 March 2023

Share

, ,
FoMO di Era Digital: Media Sosial dan Kecemasan

Sindrom Fear of Missing Out (FoMO) mulai dikenal di media sosial sebagai perasaan takut ketinggalan tren. Lalu, apa penyebab dan gejala FoMO?

Sudah bukan lagi menjadi rahasia lagi kalau hampir sebagian besar generasi muda terpapar fenomena Fear Of Mising Out (FoMO). FoMO merupakan istilah unik dipopulerkan pada tahun 2004 oleh Patrick McGinnis ketika berkuliah di Harvard Business School di mana manusia berada di dalam era dotcom bubble.

Dilansir dari brainiyacademy, dotcom bubble meruakan sebutan ketika teknologi dan Internet sedang berkembang pesat. Melalui artikelnya yang berjudul “Teori Sosial di HBS: Dua FO McGinnis pada tahun 2004,

FoMO mengarah pada perasaan cemas jika kehilangan momen dan informasi yang disebabkan oleh kondisi merasa dikucilkan dan berpikir bahwa kehidupan orang lain di media sosial lebih menyenangkan dibanding hidupnya sendiri.

Dalam kaitannya dengan kehidupan sosial di zaman sekarang, perilaku FoMO perlu adanya sikap kritis dan literasi digital yang baik, khususnya terhadap berita viral. Bahkan Keminfo Republik Indonesia sendiri menghimbau generasi muda untuk tidak larut dalam FoMO dan lebih bertanggung jawab dalam menggunakan media sosial.

Kenali ciri-ciri FoMO dan tips mengatasinya

Dilansir VeryWellMind, tak hanya generasi muda, FoMO juga dapat dirasakan oleh semua gender dan usia di mana menyerang orang yang punya tingkat kepuasan hidup lebih rendah karena terus membandingkan hidupnya dengan orang lain. Kemudian timbul pertanyaan apakah kita termasuk yang mengalami perasaan FoMO? Kenali gejala-gejala berikut yang mungkin muncul.

  1. Kecenderungan frekuensi cek gadget dan mengakses berita atau media sosial tergolong tinggi. Hal ini disebabkan oleh perasaan cemas tidak mau ketinggalan informasi apapun.
  2. Lebih peduli citra di media sosial ketimbang di kehidupan nyata dan terobsesi mendapat pengakuan dari audiens di dunia maya.
  3. Selalu ingin tahu kehidupan orang lain.
  4. Selalu terdepan terhadap gosip terbaru.
  5. Kecenderungan impulsif dan tidak memiliki kontrol yang baik terhadap pengeluaran uang untuk hal-hal yang tidak penting asal tidak ketinggalan tren dan zaman.
  6. Cepat mengatakan “ya” walau dalam kondisi tidak ingin, seperti menerima setiap ajakan yang sebenarnya tidak menarik atau tidak perlu.

Untuk dapat menanggulangi FoMO yang efeknya cenderung negatif, GlobalXtreme mengumpulkan beberapa tips yang bisa Anda coba.

  1. Batasi konsumsi media sosial dan penggunaan gadget

Semakin sering kita mengakses media sosial, sudah pasti memperbesar kemungkinan untuk terjebak dengan apa yang dilihat. Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa salah satu penyebab FoMO dipicu oleh postingan dan update orang lain di media sosial. Karena itu, dengan membatasi diri dalam penggunaan media sosial dapat mengurangi FoMO.

  1. Fokus pada diri sendiri dan tujuan

Kita tidak perlu bandingkan diri dengan orang lain karena setiap orang tidak sama dalam menjalani kehidupannya. Begitu pula terjebak dengan persepsi situasi bahagianya orang lain di media sosial karena tidak mungkin selalu dalam keadaan tersebut di mana hidup itu berputar.

  1. Mencari koneksi nyata

Mulailah bergaul dengan metode konvensional, misal dengan bertemu orang secara langsung dan berbincang. Perasaan FOMO akan perlahan hilang dengan sendirinya ketika kita mengutamakan koneksi nyata.

  1. Belajar untuk bersyukur dan berpikiran positif

Seperti dikutip Asia One melalui opini Dr. Chow, pemikiran yang optimis tentang diri sendiri dan dunia sekitar membantu kita memiliki perasaan lebih bahagia, penuh harapan, dan menghargai.

  1. Kembangkan hobi untuk tingkatkan potensi diri

Meskipun terdengar sepele, hobi memiliki banyak manfaat untuk mengisi waktu luang, menyalurkan kegemaran, dan berdampak pada kondisi mental seseorang. Manfaat hobi salah satunya untuk mengembangkan skill dan menggali potensi kita lebih dalam.

  1. Ubah pilihan konten dan topik yang biasa dikonsumsi

Mengubah pilihan konten yang biasa kita konsumsi ke hal yang lebih positif di media dapat membawa pengaruh besar. Hal ini disebabkan oleh konten-konten yang sebelumnya dilihat menginginkan kita terjebak ke delam tren.

Bagaimana menurut Anda tentang FoMO? Apakah negatif atau positif?

GlobalXtreme selaku penyedia jasa layanan Internet Fiber Optic no. 1 di Bali berkomitmen terus berdampak bagi kemajuan teknologi untuk seluruh lapisan masyarakat dan memberikan layanan terbaik kepada pelanggan melalui jaringan infrastruktur yang memadai, teknisi berpengalaman, dan layanan customer service 24/7. untuk info lebih lanjut hubungi (0361) 736-811.

FoMO di Era Digital: Media Sosial dan Kecemasan

Sindrom Fear of Missing Out (FoMO) mulai dikenal di media sosial sebagai perasaan takut ketinggalan tren. Lalu, apa penyebab dan gejala FoMO?

Sudah bukan lagi menjadi rahasia lagi kalau hampir sebagian besar generasi muda terpapar fenomena Fear Of Mising Out (FoMO). FoMO merupakan istilah unik dipopulerkan pada tahun 2004 oleh Patrick McGinnis ketika berkuliah di Harvard Business School di mana manusia berada di dalam era dotcom bubble.

Dilansir dari brainiyacademy, dotcom bubble meruakan sebutan ketika teknologi dan Internet sedang berkembang pesat. Melalui artikelnya yang berjudul “Teori Sosial di HBS: Dua FO McGinnis pada tahun 2004,

FoMO mengarah pada perasaan cemas jika kehilangan momen dan informasi yang disebabkan oleh kondisi merasa dikucilkan dan berpikir bahwa kehidupan orang lain di media sosial lebih menyenangkan dibanding hidupnya sendiri.

Dalam kaitannya dengan kehidupan sosial di zaman sekarang, perilaku FoMO perlu adanya sikap kritis dan literasi digital yang baik, khususnya terhadap berita viral. Bahkan Keminfo Republik Indonesia sendiri menghimbau generasi muda untuk tidak larut dalam FoMO dan lebih bertanggung jawab dalam menggunakan media sosial.

Kenali ciri-ciri FoMO dan tips mengatasinya

Dilansir VeryWellMind, tak hanya generasi muda, FoMO juga dapat dirasakan oleh semua gender dan usia di mana menyerang orang yang punya tingkat kepuasan hidup lebih rendah karena terus membandingkan hidupnya dengan orang lain. Kemudian timbul pertanyaan apakah kita termasuk yang mengalami perasaan FoMO? Kenali gejala-gejala berikut yang mungkin muncul.

  1. Kecenderungan frekuensi cek gadget dan mengakses berita atau media sosial tergolong tinggi. Hal ini disebabkan oleh perasaan cemas tidak mau ketinggalan informasi apapun.
  2. Lebih peduli citra di media sosial ketimbang di kehidupan nyata dan terobsesi mendapat pengakuan dari audiens di dunia maya.
  3. Selalu ingin tahu kehidupan orang lain.
  4. Selalu terdepan terhadap gosip terbaru.
  5. Kecenderungan impulsif dan tidak memiliki kontrol yang baik terhadap pengeluaran uang untuk hal-hal yang tidak penting asal tidak ketinggalan tren dan zaman.
  6. Cepat mengatakan “ya” walau dalam kondisi tidak ingin, seperti menerima setiap ajakan yang sebenarnya tidak menarik atau tidak perlu.

Untuk dapat menanggulangi FoMO yang efeknya cenderung negatif, GlobalXtreme mengumpulkan beberapa tips yang bisa Anda coba.

  1. Batasi konsumsi media sosial dan penggunaan gadget

Semakin sering kita mengakses media sosial, sudah pasti memperbesar kemungkinan untuk terjebak dengan apa yang dilihat. Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa salah satu penyebab FoMO dipicu oleh postingan dan update orang lain di media sosial. Karena itu, dengan membatasi diri dalam penggunaan media sosial dapat mengurangi FoMO.

  1. Fokus pada diri sendiri dan tujuan

Kita tidak perlu bandingkan diri dengan orang lain karena setiap orang tidak sama dalam menjalani kehidupannya. Begitu pula terjebak dengan persepsi situasi bahagianya orang lain di media sosial karena tidak mungkin selalu dalam keadaan tersebut di mana hidup itu berputar.

  1. Mencari koneksi nyata

Mulailah bergaul dengan metode konvensional, misal dengan bertemu orang secara langsung dan berbincang. Perasaan FOMO akan perlahan hilang dengan sendirinya ketika kita mengutamakan koneksi nyata.

  1. Belajar untuk bersyukur dan berpikiran positif

Seperti dikutip Asia One melalui opini Dr. Chow, pemikiran yang optimis tentang diri sendiri dan dunia sekitar membantu kita memiliki perasaan lebih bahagia, penuh harapan, dan menghargai.

  1. Kembangkan hobi untuk tingkatkan potensi diri

Meskipun terdengar sepele, hobi memiliki banyak manfaat untuk mengisi waktu luang, menyalurkan kegemaran, dan berdampak pada kondisi mental seseorang. Manfaat hobi salah satunya untuk mengembangkan skill dan menggali potensi kita lebih dalam.

  1. Ubah pilihan konten dan topik yang biasa dikonsumsi

Mengubah pilihan konten yang biasa kita konsumsi ke hal yang lebih positif di media dapat membawa pengaruh besar. Hal ini disebabkan oleh konten-konten yang sebelumnya dilihat menginginkan kita terjebak ke delam tren.

Bagaimana menurut Anda tentang FoMO? Apakah negatif atau positif?

GlobalXtreme selaku penyedia jasa layanan Internet Fiber Optic no. 1 di Bali berkomitmen terus berdampak bagi kemajuan teknologi untuk seluruh lapisan masyarakat dan memberikan layanan terbaik kepada pelanggan melalui jaringan infrastruktur yang memadai, teknisi berpengalaman, dan layanan customer service 24/7. untuk info lebih lanjut hubungi (0361) 736-811.