Singkap Strategi Kejahatan Siber : 4 Cara Peretas Menggunakan AI
Published
04 July 2023
Share
Terdapat risiko di balik keuntungan AI, peretas dapat memanfaatkannya untuk tujuan merugikan seperti phishing dan penipuan deepfake.
Dalam dunia yang semakin digital, kejahatan siber menjadi semakin marak. Profesor Keamanan Siber Lancaster University, Daniel Prince, memberikan penjelasan mendalam tentang empat metode yang digunakan oleh para peretas untuk memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) dalam upaya mereka. Informasi ini dipaparkan dalam artikelnya yang dipublikasikan di The Conversation dengan judul “Four ways criminals could use AI to target more victims.”
Dilansir dari cnn, kita hidup di era digital, di mana data pribadi berperan penting dan menjadi sasaran utama kejahatan siber. AI, tren yang tengah berkembang pesat, juga menjadi andalan dalam sektor bisnis, memperlihatkan betapa teknologi ini semakin mendominasi berbagai aspek kehidupan kita. Namun, menurut Prince, terlepas dari peringatan dan ancaman yang sering muncul tentang AI, kita perlu memahami bahwa AI telah menjadi bagian dari hidup kita sejak lama.
Prince menjelaskan bahwa AI telah digunakan dalam berbagai bentuk, mulai dari algoritma yang merekomendasikan produk di situs belanja, hingga teknologi yang digunakan oleh kendaraan untuk mengenali tanda-tanda lalu lintas. Lebih lanjut, Prince menekankan bahwa AI berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan efisiensi, memproses data dalam jumlah besar, dan membuat keputusan.
Namun, meskipun AI memiliki banyak kegunaan, Prince mengakui bahwa AI adalah alat yang bisa diakses oleh siapa pun, termasuk para kriminal yang mungkin ingin memanfaatkannya untuk tujuan jahat. AI dapat digunakan untuk membuat tindak kejahatan tampak lebih masuk akal. Menurut Prince, proses adaptasi dan adopsi teknologi oleh para kriminal bisa memberi kita petunjuk tentang cara mereka menggunakan AI.
Pancingan Phising yang Lebih Baik
Salah satu cara yang dipaparkan Prince adalah penggunaan AI untuk membuat pancingan phishing yang lebih efektif. AI seperti ChatGPT dan Google Bard bisa digunakan untuk membantu penulis yang kurang berpengalaman membuat pesan iklan yang menarik.
Sementara itu, teknologi yang sama bisa digunakan oleh pelaku phishing untuk membuat pesan yang lebih meyakinkan, sehingga korban menjadi mudah untuk percaya. Prince mencatat bahwa sekitar 3,4 miliar email spam dikirim setiap hari dan jika penjahat dapat meningkatkan efektivitas pesan mereka, ini dapat menghasilkan jutaan korban phishing tambahan setiap tahun.
Interaksi yang Terotomatisasi
Selain itu, AI juga digunakan untuk mengotomatisasi interaksi, memberikan respon cepat kepada pelanggan dan mengoptimalkan bisnis secara efisien. Sayangnya, hal yang sama juga bisa dimanfaatkan oleh para kriminal.
Prince menunjukkan bagaimana kriminal dapat meniru layanan yang sah seperti bank melalui telepon dan email untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk mencuri uang.
Deepfake
AI juga efektif dalam menghasilkan model matematika yang dapat dilatih menggunakan data nyata dalam jumlah besar, contohnya adalah teknologi deepfake. Meskipun teknologi ini berada di luar jangkauan kebanyakan kriminal, mereka masih bisa menggunakan AI untuk meniru cara orang merespon terhadap teks, email, atau pesan suara dan telepon.
Menurut Prince, media sosial merupakan sumber yang kaya untuk kriminal mendapatkan informasi tentang target potensial mereka dan kini, ada potensi AI untuk digunakan untuk membuat versi deepfake dari target tersebut.
Brute Forcing
Metode lain yang sering digunakan oleh kriminal adalah teknik “brute forcing”, yang juga dapat ditingkatkan dengan bantuan AI. Ini adalah teknik untuk membobol kata sandi dengan mencoba sebanyak mungkin kombinasi karakter yang mungkin cocok. Algoritma dapat dilatih menggunakan data target untuk membantu menemukan kata sandi yang lebih akurat, sehingga menghemat sumber daya.
Jangan takut
Meskipun Prince memaparkan empat cara di atas, dia mengingatkan publik untuk tidak takut pada AI. Menurutnya, kita harus beradaptasi dan memahami teknologi baru ini. Prince menekankan pentingnya proaktivitas dalam memahami AI, mengembangkan pendekatan kita sendiri, dan mempertahankan sikap skeptis yang sehat.
Pastikan gunakan koneksi Internet berkualitas, seperti GlobalXtreme untuk pengalaman dengan AI tanpa hambatan. GlobalXtreme selaku penyedia jasa layanan Internet Fiber Optic no. 1 di Bali berkomitmen terus berdampak bagi kemajuan teknologi untuk seluruh lapisan masyarakat dan memberikan layanan terbaik kepada pelanggan melalui jaringan infrastruktur yang memadai, teknisi berpengalaman, dan layanan customer service 24/7.
GlobalXtreme memberikan penawaran layanan Internet mulai dari 300.000 dan untuk info lebih lanjut hubungi (0361) 736 811.
Terdapat risiko di balik keuntungan AI, peretas dapat memanfaatkannya untuk tujuan merugikan seperti phishing dan penipuan deepfake.
Dalam dunia yang semakin digital, kejahatan siber menjadi semakin marak. Profesor Keamanan Siber Lancaster University, Daniel Prince, memberikan penjelasan mendalam tentang empat metode yang digunakan oleh para peretas untuk memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) dalam upaya mereka. Informasi ini dipaparkan dalam artikelnya yang dipublikasikan di The Conversation dengan judul “Four ways criminals could use AI to target more victims.”
Dilansir dari cnn, kita hidup di era digital, di mana data pribadi berperan penting dan menjadi sasaran utama kejahatan siber. AI, tren yang tengah berkembang pesat, juga menjadi andalan dalam sektor bisnis, memperlihatkan betapa teknologi ini semakin mendominasi berbagai aspek kehidupan kita. Namun, menurut Prince, terlepas dari peringatan dan ancaman yang sering muncul tentang AI, kita perlu memahami bahwa AI telah menjadi bagian dari hidup kita sejak lama.
Prince menjelaskan bahwa AI telah digunakan dalam berbagai bentuk, mulai dari algoritma yang merekomendasikan produk di situs belanja, hingga teknologi yang digunakan oleh kendaraan untuk mengenali tanda-tanda lalu lintas. Lebih lanjut, Prince menekankan bahwa AI berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan efisiensi, memproses data dalam jumlah besar, dan membuat keputusan.
Namun, meskipun AI memiliki banyak kegunaan, Prince mengakui bahwa AI adalah alat yang bisa diakses oleh siapa pun, termasuk para kriminal yang mungkin ingin memanfaatkannya untuk tujuan jahat. AI dapat digunakan untuk membuat tindak kejahatan tampak lebih masuk akal. Menurut Prince, proses adaptasi dan adopsi teknologi oleh para kriminal bisa memberi kita petunjuk tentang cara mereka menggunakan AI.
Pancingan Phising yang Lebih Baik
Salah satu cara yang dipaparkan Prince adalah penggunaan AI untuk membuat pancingan phishing yang lebih efektif. AI seperti ChatGPT dan Google Bard bisa digunakan untuk membantu penulis yang kurang berpengalaman membuat pesan iklan yang menarik.
Sementara itu, teknologi yang sama bisa digunakan oleh pelaku phishing untuk membuat pesan yang lebih meyakinkan, sehingga korban menjadi mudah untuk percaya. Prince mencatat bahwa sekitar 3,4 miliar email spam dikirim setiap hari dan jika penjahat dapat meningkatkan efektivitas pesan mereka, ini dapat menghasilkan jutaan korban phishing tambahan setiap tahun.
Interaksi yang Terotomatisasi
Selain itu, AI juga digunakan untuk mengotomatisasi interaksi, memberikan respon cepat kepada pelanggan dan mengoptimalkan bisnis secara efisien. Sayangnya, hal yang sama juga bisa dimanfaatkan oleh para kriminal.
Prince menunjukkan bagaimana kriminal dapat meniru layanan yang sah seperti bank melalui telepon dan email untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk mencuri uang.
Deepfake
AI juga efektif dalam menghasilkan model matematika yang dapat dilatih menggunakan data nyata dalam jumlah besar, contohnya adalah teknologi deepfake. Meskipun teknologi ini berada di luar jangkauan kebanyakan kriminal, mereka masih bisa menggunakan AI untuk meniru cara orang merespon terhadap teks, email, atau pesan suara dan telepon.
Menurut Prince, media sosial merupakan sumber yang kaya untuk kriminal mendapatkan informasi tentang target potensial mereka dan kini, ada potensi AI untuk digunakan untuk membuat versi deepfake dari target tersebut.
Brute Forcing
Metode lain yang sering digunakan oleh kriminal adalah teknik “brute forcing”, yang juga dapat ditingkatkan dengan bantuan AI. Ini adalah teknik untuk membobol kata sandi dengan mencoba sebanyak mungkin kombinasi karakter yang mungkin cocok. Algoritma dapat dilatih menggunakan data target untuk membantu menemukan kata sandi yang lebih akurat, sehingga menghemat sumber daya.
Jangan takut
Meskipun Prince memaparkan empat cara di atas, dia mengingatkan publik untuk tidak takut pada AI. Menurutnya, kita harus beradaptasi dan memahami teknologi baru ini. Prince menekankan pentingnya proaktivitas dalam memahami AI, mengembangkan pendekatan kita sendiri, dan mempertahankan sikap skeptis yang sehat.
Pastikan gunakan koneksi Internet berkualitas, seperti GlobalXtreme untuk pengalaman dengan AI tanpa hambatan. GlobalXtreme selaku penyedia jasa layanan Internet Fiber Optic no. 1 di Bali berkomitmen terus berdampak bagi kemajuan teknologi untuk seluruh lapisan masyarakat dan memberikan layanan terbaik kepada pelanggan melalui jaringan infrastruktur yang memadai, teknisi berpengalaman, dan layanan customer service 24/7.
GlobalXtreme memberikan penawaran layanan Internet mulai dari 300.000 dan untuk info lebih lanjut hubungi (0361) 736 811.
More Articles
01
Mbps vs MBps: Apa Bedanya?
Dalam era digital saat ini, Internet telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita. Mulai dari bekerja, belajar, hingga bersosialisasi, […]
12 December 2024
02
Kenali Bandwidth & Throughput untuk Bisnis
Ketahui perbedaan antara bandwidth dan throughput serta bagaimana keduanya memengaruhi kualitas koneksi Internet Anda. Temukan solusi terbaik dengan jaminan bandwidth […]
03 December 2024
03
Mengenal Priority Service pada Paket Signature Business Internet
Jamin koneksi Internet bisnis stabil dengan Signature Business Internet dari GlobalXtreme. Serta, nikmati Priority Service untuk operasional yang lancar dan produktivitas […]
04 November 2024