Akibat Pemanasan Global, ‘Virus Zombie’ Hidup Kembali

Published

30 November 2022

Share

, ,
Akibat Pemanasan Global, ‘Virus Zombie’ Hidup Kembali
Pemanasan global tak hanya berdampak pada perubahan iklim, tetapi juga pada keberhasilan beberapa ilmuwan menghidupkan kembali virus berusia 48.500 tahun yang lama terkubur dalam es.

Perubahan iklim yang terjadi saat ini bukanlah isapan jempol semata di mana kerap digaungkan mencairnya es di kutub utara dan selatan atau dikenal dengan permafrost. Pencairan permafrost disinyalir dapat menimbulkan ancaman baru bagi manusia di mana salah satunya bisa menghidupkan kembali hampir dua lusin virus, termasuk yang sudah membeku dibawah danau lebih dari 48.500 tahun lalu.

Dilansir dari Bloomberg.com, sejumlah peneliti Eropa tengah memeriksa sample virus kuno yang berhasil dikumpulkan dari permafrost yang terjadi di wilayah Siberia, Rusia. Mereka menghidupkan kembali dan mengidentifikasi 13 patogen baru yang mereka sebut “virus zombie” di mana potensi terinfeksi masih sangat mungkin terjadi meskipun sudah terperangkat ribuan tahun di tanah beku.

Permafrost di Siberia, Rusia. Source : Adrian Wojcik/GettyImages/iStockPhoto

Para ilmuwan telah lama memperingatkan bahwa pencairan permafrost karena pemanasan pada lapisan atmosfer akan dengan cepat memicu terjadinya perubahan iklim serta terlepasnya gas rumah kaca seperti metana yang sebelumnya terperangkap dan ditambah lagi dengan adanya efek terhadap patogen dorman (tidak aktif) yang kurang dipahami dengan baik. Secara alamiah, gas rumah kaca dihasilkan dari kegiatan manusia sehari-hari, namun sejak tahun 1950-an emisi gas CO2 meningkat secara drastis yang disebabkan oleh semakin majunya industri yang berbanding lurus dengan konsumsi energi. Sumber penghasil gas rumah kaca seringkali kita jumpai di sekeliling kita, misalnya penggunaan energi listrik, aktivitas menggunakan kendaraan bermotor, juga membakar sampah.

Tim peneliti dari Rusia, Jerman, dan Prancis mengungkapkan risiko biologis karena menghidupkan kembali virus yang sedang mereka pelajari, tidak memiliki dampak yang berarti. Hal tersebut dikarenakan strain virus yang mereka targetkan hanya yang mampu menginfeksi mikroba amuba. GlobalXtreme melansir dari beragam sumber menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Varian adalah virus baru hasil mutasi dan Strain Virus adalah varian virus yang menunjukkan sifat fisik yang baik dan jelas, maupun sama serta berbeda dengan virus aslinya.

Potensi kebangkitan virus yang dapat menginfeksi hewan atau manusia dinilai bisa menjadi bermasalah kalau pekerjaan mereka ini diekstrapolasi yang menunjukkan bahwa bahaya itu nyata adanya. Dalam sebuah artikel yang diunggah di bioRxiV juga menjelaskan bahwa permafrost kuno kemungkinan akan melepaskan virus-virus yang belum diketahui dan teridentifikasi ketika dicairkan. Selain itu, terkait durasi berapa lama virus ini bisa menular setelah terpapar kondisi di luar ruangan, dan seberapa besar kemungkinannya bertemu serta menginfeksi inang yang ditumpangi belum dapat diperkirakan.

Dengan adanya pemanasan global, diperkirakan resiko yang dihadapi akan meningkat beriringan dengan pencairan permafrost yang mana akan banyak orang datang serta berpopulasi ke kutub utara setelah era industri. Menyikapi hal tersebut, GlobalXtreme sebagai penyedia layanan Internet di Indonesia, khususnya Bali melihat ancaman dari pemanasan global secara serius dan beranggapan bahwa teknologi harus mampu mengurangi sebesar mungkin efek negatif aktivitas manusia terhadap kehidupan manusia, lingkungan, dan sumber daya alam. Demi kelangsungan hidup manusia, perlu terus diciptakan teknologi industri yang memungkinkan penggunaan sumber daya alam dan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).

Source. bloomberg.com

Akibat Pemanasan Global, ‘Virus Zombie’ Hidup Kembali
Pemanasan global tak hanya berdampak pada perubahan iklim, tetapi juga pada keberhasilan beberapa ilmuwan menghidupkan kembali virus berusia 48.500 tahun yang lama terkubur dalam es.

Perubahan iklim yang terjadi saat ini bukanlah isapan jempol semata di mana kerap digaungkan mencairnya es di kutub utara dan selatan atau dikenal dengan permafrost. Pencairan permafrost disinyalir dapat menimbulkan ancaman baru bagi manusia di mana salah satunya bisa menghidupkan kembali hampir dua lusin virus, termasuk yang sudah membeku dibawah danau lebih dari 48.500 tahun lalu.

Dilansir dari Bloomberg.com, sejumlah peneliti Eropa tengah memeriksa sample virus kuno yang berhasil dikumpulkan dari permafrost yang terjadi di wilayah Siberia, Rusia. Mereka menghidupkan kembali dan mengidentifikasi 13 patogen baru yang mereka sebut “virus zombie” di mana potensi terinfeksi masih sangat mungkin terjadi meskipun sudah terperangkat ribuan tahun di tanah beku.

Permafrost di Siberia, Rusia. Source : Adrian Wojcik/GettyImages/iStockPhoto

Para ilmuwan telah lama memperingatkan bahwa pencairan permafrost karena pemanasan pada lapisan atmosfer akan dengan cepat memicu terjadinya perubahan iklim serta terlepasnya gas rumah kaca seperti metana yang sebelumnya terperangkap dan ditambah lagi dengan adanya efek terhadap patogen dorman (tidak aktif) yang kurang dipahami dengan baik. Secara alamiah, gas rumah kaca dihasilkan dari kegiatan manusia sehari-hari, namun sejak tahun 1950-an emisi gas CO2 meningkat secara drastis yang disebabkan oleh semakin majunya industri yang berbanding lurus dengan konsumsi energi. Sumber penghasil gas rumah kaca seringkali kita jumpai di sekeliling kita, misalnya penggunaan energi listrik, aktivitas menggunakan kendaraan bermotor, juga membakar sampah.

Tim peneliti dari Rusia, Jerman, dan Prancis mengungkapkan risiko biologis karena menghidupkan kembali virus yang sedang mereka pelajari, tidak memiliki dampak yang berarti. Hal tersebut dikarenakan strain virus yang mereka targetkan hanya yang mampu menginfeksi mikroba amuba. GlobalXtreme melansir dari beragam sumber menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Varian adalah virus baru hasil mutasi dan Strain Virus adalah varian virus yang menunjukkan sifat fisik yang baik dan jelas, maupun sama serta berbeda dengan virus aslinya.

Potensi kebangkitan virus yang dapat menginfeksi hewan atau manusia dinilai bisa menjadi bermasalah kalau pekerjaan mereka ini diekstrapolasi yang menunjukkan bahwa bahaya itu nyata adanya. Dalam sebuah artikel yang diunggah di bioRxiV juga menjelaskan bahwa permafrost kuno kemungkinan akan melepaskan virus-virus yang belum diketahui dan teridentifikasi ketika dicairkan. Selain itu, terkait durasi berapa lama virus ini bisa menular setelah terpapar kondisi di luar ruangan, dan seberapa besar kemungkinannya bertemu serta menginfeksi inang yang ditumpangi belum dapat diperkirakan.

Dengan adanya pemanasan global, diperkirakan resiko yang dihadapi akan meningkat beriringan dengan pencairan permafrost yang mana akan banyak orang datang serta berpopulasi ke kutub utara setelah era industri. Menyikapi hal tersebut, GlobalXtreme sebagai penyedia layanan Internet di Indonesia, khususnya Bali melihat ancaman dari pemanasan global secara serius dan beranggapan bahwa teknologi harus mampu mengurangi sebesar mungkin efek negatif aktivitas manusia terhadap kehidupan manusia, lingkungan, dan sumber daya alam. Demi kelangsungan hidup manusia, perlu terus diciptakan teknologi industri yang memungkinkan penggunaan sumber daya alam dan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).

Source. bloomberg.com